Senin, 04 Februari 2008

KERANDAMU

aku menjeritkan cacimakimu pada penderitaan
siapa yang menuai kegembiraan setelah kesengsaraanmu, saudaraku?
aku menangis
karena tangismu adalah darah
darahmu adalah amarah
dan amarahmu menggetarkan bumi semesta negeriku

aku menjeritkan cacimakimu pada perang
siapa yang memproklamirkan kemerdekaan di atas kematianmu, saudaraku?
aku menangis
karena peluhmu adalah perjuangan
perjuanganmu juga amarah
dan amarahmu mengobarkan api semesta negeriku

aku menjeritkan cacimakimu pada kezaliman
siapa yang memetik harapan dari keputusasaanmu, saudaraku?
aku menangis
sebab lukamu adalah penindasan
tertindasmu adalah durjana
dan kedurjanaan menggejolakkan amarah semesta negeri

aku menjeritkan cacimakimu pada kematian
siapa yang menarik nafas panjang atas tersengalmu, saudaraku?
aku menangis
sebab jiwamu menjadi tiada setelah ada
dan ketiadaanmu karena mereka merampasnya
aku melihatnya, saudaraku
bahkan sangat jelas terlihat
mereka merampas nasi dari mulutmu
mereka menuang racun di cawan airmu
mereka menguras peluh tenagamu
hingga ketuaan menghampirimu dengan segera
mereka menjelma menjadi malaikat maut bagimu
menyumbat alir nafasmu hingga hanya satu-satu
merenggut ajalmu, saudaraku
mereka merenggutnya seolah rohmu milik mereka
lalu menarikan tarian kematian
tatkala menyeretmu ke lahatmu
seolah membawa binatang hasil buruan mereka
menghempaskanmu ke liang yang tak dalam
tanpa menimbuninya dengan tanah dari negerimu
hanya angin yang berhembus membawa debu
yang menutupi tubuhmu, saudaraku
setiap hari……
hingga hari yang ke tujuh
masih terlihat tanganmu menggapai udara
yang mewangi oleh aroma harum jenazahmu

saudaraku……
di makammu tak kudapati keranda dari kayu
hanya kulit tanganmu yang menggapai udara
yang mewangi oleh aroma harum perjuanganmu

Tidak ada komentar: