Minggu, 02 Maret 2008

PETAKA

Langit masih kelabu waktu kita berdua di taman
mempersoalkan kesetiaan
Kita belum memiliki tameng prinsip
Siapa yang harus kalah?
Aku jelas bertahan
Meskipun aku gamang
Seperti jembatan yang kita saksikan dari sini
Begitu angkuh pada kesanggupannya
Atau aku harus kembali
Menemukan kesendirian
Lalu mengurainya satu-satu
Hingga lebur bersama angin
Menjadikannya mendung hitam
Dan melepaskannya sebagai hujan kesedihan
Yang mendekap erat kegundahan
Sampai tak mampu lagi meneriakkan kata-kata
.....................
Diammu sungguh mematikan
Akalku dapat mencerna
Kekuatanmu pada kesedihanmu
Teramat pahit untuk diresapi
Kini aku bertaruh dengan waktu
Langit pasti tetap kelabu
Meski kicau burung terdengar di pagi hari
Hujan pasti tak henti
Meski mendung tak mendahului
Malam akan tetap gelap
Meski mentari mengganti rembulan
Dan waktu pasti mengalahkanku

Aku gamang
Aku bertahan
Aku mengalah?
Aku tak mau kalah
Aku menang?
.................
Aku telah gugur berderai
Di tumpukan dedaunan sampah taman
Dan kau duduk dengan angkuh di bangku beton
Memandangi seorang tukang sapu
Aku memanggilmu,
Tak terdengar;
Aku berteriak, tak terjawab;
Aku kini dipenuhi dendam
Aku harus bertahan!!
Pergilah hingga tak terlihat oleh mata hati
Dan cintaku kucari
Di tumpukan dedaunan sampah taman
Mungkin kutemukan lagi
Pada daun yang berguguran
Di musim-musim semi

Tidak ada komentar: