Senin, 03 Maret 2008

SIRNA

remang……
................
seperti ada……
seperti tiada……
kulihat banyangmu melintasi puncak
entah melambai……
entah memanggil……
dan semua tiba-tiba terasa sangat jauh
hingga hanya mampu untuk dirindu dalam keheningan
aku hilang……
kekosongan menyerang jiwaku hampa
aku tak utuh lagi
darahku mengalir tanpa kendali jantung
nafasku mengembus tiada aturan paru-paru
benakku, hanya ada dirimu utuh
berulangkali
memberi mimpi buruk
berselimut kabut dan dentang lonceng yang pilu
aku terhempas ke dasar jurang
kulihat bayangmu melintasi puncak
entah melambai……
entah memanggil……
dan sebuah kastil yang belum jadi
menutup pandang terakhirku
seperti tiada……
seperti ada……
...............
remang……

BUNGAKU TAK PERNAH BERPIKIR

Bungaku……
Tak pernahkah engkau berpikir
Mengapa kumbang memiliki sayap
Sedang engkau tidak
Bungaku……
Tak pernahkah engkau berpikir
Mengapa kumbang hanya hinggap
Tanpa ada maksud menetap
Bungaku……
Tak pernahkah engkau berpikir
Mengapa kumbang hanya menghisap sarimu
Dan tak ingin memetik batangmu
Bungaku……
Tak pernahkah engkau berpikir
Mengapa kumbang dengan seenaknya
Berpindah ke bunga yang lain
Bungaku……
Tak pernahkah engkau membayangkan
‘Tuk sesekali menjadi kumbang
Atau menjadi rama-rama
Bungaku……
Hanya dengan menjadi kumbang kau bisa tahu
betapa manisnya putik bunga
Dan betapa bebasnya memiliki sayap
Bungaku……
Kau tak pernah berpikir

Minggu, 02 Maret 2008

KEPADA PUISIMU


puisimu mengalir, aku hanyut

Makassar 23012004

PETAKA

Langit masih kelabu waktu kita berdua di taman
mempersoalkan kesetiaan
Kita belum memiliki tameng prinsip
Siapa yang harus kalah?
Aku jelas bertahan
Meskipun aku gamang
Seperti jembatan yang kita saksikan dari sini
Begitu angkuh pada kesanggupannya
Atau aku harus kembali
Menemukan kesendirian
Lalu mengurainya satu-satu
Hingga lebur bersama angin
Menjadikannya mendung hitam
Dan melepaskannya sebagai hujan kesedihan
Yang mendekap erat kegundahan
Sampai tak mampu lagi meneriakkan kata-kata
.....................
Diammu sungguh mematikan
Akalku dapat mencerna
Kekuatanmu pada kesedihanmu
Teramat pahit untuk diresapi
Kini aku bertaruh dengan waktu
Langit pasti tetap kelabu
Meski kicau burung terdengar di pagi hari
Hujan pasti tak henti
Meski mendung tak mendahului
Malam akan tetap gelap
Meski mentari mengganti rembulan
Dan waktu pasti mengalahkanku

Aku gamang
Aku bertahan
Aku mengalah?
Aku tak mau kalah
Aku menang?
.................
Aku telah gugur berderai
Di tumpukan dedaunan sampah taman
Dan kau duduk dengan angkuh di bangku beton
Memandangi seorang tukang sapu
Aku memanggilmu,
Tak terdengar;
Aku berteriak, tak terjawab;
Aku kini dipenuhi dendam
Aku harus bertahan!!
Pergilah hingga tak terlihat oleh mata hati
Dan cintaku kucari
Di tumpukan dedaunan sampah taman
Mungkin kutemukan lagi
Pada daun yang berguguran
Di musim-musim semi