tahukah kamu aku pernah meneleponmu
meski terpaksa harus ubah suara dan nama palsu
sungguhkah kamu sedih saat itu
waktu kukabarkan ajal meregang karena rindu
Makassar 09022004
Senin, 15 Desember 2008
(2) KANGEN
(3) KANGEN
Kau menggenangiku air mata kerinduan
Kau menggenangi jalan-jalan, kota-kota, siang dan malam
Mengendapkan kegelisahan di ceruk-ceruk jiwa
Menghanyutkan kesedihan ke setiap kenangan
Musim pun berubah, air mata kerinduan tetap menggenang
Kian meluap dan mengalir menjadi sungai
Sungai air mata kerinduan
Jauh ke muara
Muara air mata kerinduan
Hingga ke samudera
Samudera air mata kerinduan
Aku terus berlayar mengarungi samudera air mata kerinduanmu, menuju matahari
Makassar 09022004
Kau menggenangi jalan-jalan, kota-kota, siang dan malam
Mengendapkan kegelisahan di ceruk-ceruk jiwa
Menghanyutkan kesedihan ke setiap kenangan
Musim pun berubah, air mata kerinduan tetap menggenang
Kian meluap dan mengalir menjadi sungai
Sungai air mata kerinduan
Jauh ke muara
Muara air mata kerinduan
Hingga ke samudera
Samudera air mata kerinduan
Aku terus berlayar mengarungi samudera air mata kerinduanmu, menuju matahari
Makassar 09022004
(4) KANGEN
siapa pemilik tangis tengah malam itu
tak pernah kudengar kesedihan serupanya
seolah itu adalah kesedihan terakhirnya
setelah itu bahagia selamanya
seperti itukah kesedihan seorang kekasih
dalam penantiannya di bumi
menyimpan rindunya sebagai matahari
dan doanya telah menggantikan kehadiran rembulan
Makassar 09022004
tak pernah kudengar kesedihan serupanya
seolah itu adalah kesedihan terakhirnya
setelah itu bahagia selamanya
seperti itukah kesedihan seorang kekasih
dalam penantiannya di bumi
menyimpan rindunya sebagai matahari
dan doanya telah menggantikan kehadiran rembulan
Makassar 09022004
(5) KANGEN
Minggu, 07 Desember 2008
BINTANG BICARA TENTANG CAHAYA
DOA SANG PENGKHIANAT
Ilahi…
Sujudku malam itu dalam shalatku
Seperti khusu’nya para wali-Mu
Harapan-harapan yang mengisi doaku
Adalah doa syuhada para pejuang-Mu
Air mata yang mengalir dalam linangan tangisku
Adalah taubat nasuhah para pencinta-Mu
Ya Ilahi…
Demi nama para wali-Mu
Jangan biarkan bara api menyentuh dahiku
Yang hanya bersujud pada-Mu
Yang hanya menunduk pada-Mu
Yang hanya menyembah Dzat-Mu
Ya Ilahi…
Demi doa para syuhada-Mu
Jangan beri rasa sakit saat roh meninggalkan jasadku
Yang hanya menjadi abid pada-Mu
Yang hanya menjadi amil di jalan-Mu
Yang hanya menjadi amir di restu-Mu
Ya Ilahi…
Demi tangis para pencinta-Mu
Jangan biarkan keluh menghinggapi lidahku
Yang hanya bertasbih pada-Mu
Yang hanya bertahmid pada-Mu
Yang hanya bertahlil pada-Mu
Menyeru Asma Suci-Mu
Ya Ilahi…
Demi para Utusan-Mu
Beri aku kematian
Seperti kematian para Nabi-Mu
Sujudku malam itu dalam shalatku
Seperti khusu’nya para wali-Mu
Harapan-harapan yang mengisi doaku
Adalah doa syuhada para pejuang-Mu
Air mata yang mengalir dalam linangan tangisku
Adalah taubat nasuhah para pencinta-Mu
Ya Ilahi…
Demi nama para wali-Mu
Jangan biarkan bara api menyentuh dahiku
Yang hanya bersujud pada-Mu
Yang hanya menunduk pada-Mu
Yang hanya menyembah Dzat-Mu
Ya Ilahi…
Demi doa para syuhada-Mu
Jangan beri rasa sakit saat roh meninggalkan jasadku
Yang hanya menjadi abid pada-Mu
Yang hanya menjadi amil di jalan-Mu
Yang hanya menjadi amir di restu-Mu
Ya Ilahi…
Demi tangis para pencinta-Mu
Jangan biarkan keluh menghinggapi lidahku
Yang hanya bertasbih pada-Mu
Yang hanya bertahmid pada-Mu
Yang hanya bertahlil pada-Mu
Menyeru Asma Suci-Mu
Ya Ilahi…
Demi para Utusan-Mu
Beri aku kematian
Seperti kematian para Nabi-Mu
Sabtu, 06 Desember 2008
SAKARAT EL-MAUT
PELAYARAN INI
TENTANG CAHAYA
Jumat, 05 Desember 2008
KITA; KARANG DAN OMBAK
sebab aku hanya punya satu cinta
mengapa tak kau jelas hasratmu
atau karang tak lagi jadi milik ombak
dan ombak tak segarang dirinya
Makassar 17012002
mengapa tak kau jelas hasratmu
atau karang tak lagi jadi milik ombak
dan ombak tak segarang dirinya
Makassar 17012002
EKSPLOITASI
(2) OPERA
(1) OPERA
Selasa, 02 Desember 2008
GEMA UNTUKMU YANG MENANGIS
Aku menjadi gema di malam engkau menangis
Menyusupi udara yg menggetarkan lidah-lidah api dari lilin dan kegelapan
Tangan-tangan malam menyeretku hingga tersisa hanya sayup-sayup
Huruf terakhir namamu pun telah terpenjara dalam beku
Wahai lidah-lidah api dari lilin dan kegelapan
Dan untukmu yang menangis di malam itu
Dalam gema yang tak lagi bergema
Cinta tetap tak mampu kueja
Makassar 23012004
Menyusupi udara yg menggetarkan lidah-lidah api dari lilin dan kegelapan
Tangan-tangan malam menyeretku hingga tersisa hanya sayup-sayup
Huruf terakhir namamu pun telah terpenjara dalam beku
Wahai lidah-lidah api dari lilin dan kegelapan
Dan untukmu yang menangis di malam itu
Dalam gema yang tak lagi bergema
Cinta tetap tak mampu kueja
Makassar 23012004
Langganan:
Postingan (Atom)